Pengirim: Diffaryza Zaki Rahman*
blokBojonegoro.com - Sejak lama, Kang Azis, panggilan akrab Ir. Achmad Nur Azis, MMT alumni SMAN 1 Bojonegoro, mempunyai cita-cita mulia. Yakni kembali ke kota kelahiran, yakni Bojonegoro untuk bermanfaat bagi sesama. Tiga tahun ia merintis pabrik karbon aktif di Dusun Pradok, Desa/Kecamatan Bubulan, Kabupaten Bojonegoro. September 2016, pabrik tersebut sudah mulai beroperasi dan memberi penghasilan tambahan warga sekitar.
Pikiran maju itu jauh hari telah terlintas dibenak Kang Azis. Sebab, sejak lulus SMAN 1 tahun 1985, bapak tiga anak tersebut sudah melintasi batas pemikirannya sebagai seorang teknik sipil. Karena, ia lulus Strata Satu (S1) Teknik Sipil di Institut Teknologi 10 November (ITS) tahun 1990 dan magister di kampus serupa dengan konsentrasi Manajemen Proyek.
"Saat kuliah itu, saya mendapatkan beasiswa untuk sekolah perwira. Tepatnya antara 1989-1990. Setelah itu saya dikembalikan lagi ke kampus," cerita Kang Azis.
Lulus sarjana dan telah SEPAMILSUK ABRI 3 lulus 1990, suami Drg. Shinta Safira Sp.Kg itu kembali ke barak dan menjadi perwira TNI Angkatan Udara (AU) hingga pensiun dini tahun 2000. Jiwa bisnisnya ketika itu benar-benar menggelora, sehingga mendirikan perusahaan PT Tata Wirautama.
"Perusahaan pertama itu masih ada hubungannya dengan jurusan saat kuliah. Namun, saya juga mendirikan PT Duamitra Oil dan PT Gtol Energy. Keduanya jauh melenceng dari keilmuan," tambahnya sambil tersenyum.
Bidang energi dibidik, karena peluang di Indonesia sangat besar. Hampir semua masyarakat membutuhkannya. Tetapi, bukan itu sebenarnya yang diinginkan, tetapi kembali ke Bojonegoro dengan karya lebih adalah tujuannya. Akhirnya baru belakangan ini Kang Azis merealisasikan dengan mendirikan pabrik karbon aktif.
"Saya sangat senang bisa berbagi. Sebab, ketika pulang ke Bojonegoro, saya melihat potensi apa perlu dikembangkan. Sehingga ketika melihat arang dijual ke pengepul dengan harga murah dan ternyata di ekspor, akhirnya saya membuka pabrik itu," jelasnya.
Pria kelahiran 24 Februari 1966 dan sekarang tinggal di Jalan Wiraloka D 12 Waringin Permai, Jakarta Timur itu memutuskan untuk investasi mengolah arang dari warga dengan tetap dekat dengan mereka. "Sehari, ketika produksi awal ini sebanyak 7-9 ton arang warga terbeli. Dalam sebulan, perputaran uang di sekitar pabrik mencapai Rp450 juta lebih," tegas orang tua Nida Dhiyasunni, Thariq Shafyaz dan Rafi Yun Ramadhan tersebut.
Selain berguna untuk masyarakat Bojonegoro, Kang Azis juga berharap alumni SMAN 1 Bojonegoro bisa terus berkarya bagi daerahnya. Sebab, ia teringat ketika bisa masuk di sekolah favorit tersebut. "Saya teringat ketika masa-masa kelas 1 yang benar-benar menikmati. Terutama kebersamaan dengan teman-teman satu kelas. Kami biasa nongkrong saat pulang sekolah atau malam Minggu di rumah temen di depan Makam Pahlawan," kenangnya.
Pelajaran Fisika, Kimia dan Matematika, merupakan pelajaran yang diminatinya. Ia bersyukur, karena guru-guru mata pelajaran tersebut mempunyai kemampuan mengajar yang sangat baik. "Saya kurang meminati pelajaran sosial. Sehingga ketika penjurusan saya masuk ke IPA dan kebiasaan main dan nongkrong sama temen-teman masih menjadi hal yang mengasyikkan," lanjutnya.
Lulusan SMPN 3 Bojonegoro itu mengakui, jika kelas 1 dan 2, prestasinya biasa-biasa, karena ia kurang fokus dan lebih asyik dengan pertemanan yang dijalin. Namun, ketika memasuki kelas 3, kegiatan di luar mulai dikurangi untuk mempersiapkan ujian akhir. "Alhamdulillah saya bisa selesaikan pendidikan SMAN 1 Bojonegoro dan mempunyai temen-teman yang luar biasa," tambahnya.
Menurutnya, SMAN 1 Bojonegoro telah memberikan bekal kepadanya yang sangat luar biasa, terutama dalam pergaulan. Sehingga saat di ITS, ia bisa lebih "mbatehne" dan cepat mengembangkan jaringan. "Adik-adik yang sekarang tengah belajar di SMAN 1 harus lebih giat lagi, sehingga saat keluar biasa lebih bagus," pungkasnya. [mad]
*Siswa SMAN 1 Bojonegoro dan Penulis Buku "Alumni Inspiratif SMANSA"
blokBojonegoro.com - Sejak lama, Kang Azis, panggilan akrab Ir. Achmad Nur Azis, MMT alumni SMAN 1 Bojonegoro, mempunyai cita-cita mulia. Yakni kembali ke kota kelahiran, yakni Bojonegoro untuk bermanfaat bagi sesama. Tiga tahun ia merintis pabrik karbon aktif di Dusun Pradok, Desa/Kecamatan Bubulan, Kabupaten Bojonegoro. September 2016, pabrik tersebut sudah mulai beroperasi dan memberi penghasilan tambahan warga sekitar.
Pikiran maju itu jauh hari telah terlintas dibenak Kang Azis. Sebab, sejak lulus SMAN 1 tahun 1985, bapak tiga anak tersebut sudah melintasi batas pemikirannya sebagai seorang teknik sipil. Karena, ia lulus Strata Satu (S1) Teknik Sipil di Institut Teknologi 10 November (ITS) tahun 1990 dan magister di kampus serupa dengan konsentrasi Manajemen Proyek.
"Saat kuliah itu, saya mendapatkan beasiswa untuk sekolah perwira. Tepatnya antara 1989-1990. Setelah itu saya dikembalikan lagi ke kampus," cerita Kang Azis.
Lulus sarjana dan telah SEPAMILSUK ABRI 3 lulus 1990, suami Drg. Shinta Safira Sp.Kg itu kembali ke barak dan menjadi perwira TNI Angkatan Udara (AU) hingga pensiun dini tahun 2000. Jiwa bisnisnya ketika itu benar-benar menggelora, sehingga mendirikan perusahaan PT Tata Wirautama.
"Perusahaan pertama itu masih ada hubungannya dengan jurusan saat kuliah. Namun, saya juga mendirikan PT Duamitra Oil dan PT Gtol Energy. Keduanya jauh melenceng dari keilmuan," tambahnya sambil tersenyum.
Bidang energi dibidik, karena peluang di Indonesia sangat besar. Hampir semua masyarakat membutuhkannya. Tetapi, bukan itu sebenarnya yang diinginkan, tetapi kembali ke Bojonegoro dengan karya lebih adalah tujuannya. Akhirnya baru belakangan ini Kang Azis merealisasikan dengan mendirikan pabrik karbon aktif.
"Saya sangat senang bisa berbagi. Sebab, ketika pulang ke Bojonegoro, saya melihat potensi apa perlu dikembangkan. Sehingga ketika melihat arang dijual ke pengepul dengan harga murah dan ternyata di ekspor, akhirnya saya membuka pabrik itu," jelasnya.
Pria kelahiran 24 Februari 1966 dan sekarang tinggal di Jalan Wiraloka D 12 Waringin Permai, Jakarta Timur itu memutuskan untuk investasi mengolah arang dari warga dengan tetap dekat dengan mereka. "Sehari, ketika produksi awal ini sebanyak 7-9 ton arang warga terbeli. Dalam sebulan, perputaran uang di sekitar pabrik mencapai Rp450 juta lebih," tegas orang tua Nida Dhiyasunni, Thariq Shafyaz dan Rafi Yun Ramadhan tersebut.
Selain berguna untuk masyarakat Bojonegoro, Kang Azis juga berharap alumni SMAN 1 Bojonegoro bisa terus berkarya bagi daerahnya. Sebab, ia teringat ketika bisa masuk di sekolah favorit tersebut. "Saya teringat ketika masa-masa kelas 1 yang benar-benar menikmati. Terutama kebersamaan dengan teman-teman satu kelas. Kami biasa nongkrong saat pulang sekolah atau malam Minggu di rumah temen di depan Makam Pahlawan," kenangnya.
Pelajaran Fisika, Kimia dan Matematika, merupakan pelajaran yang diminatinya. Ia bersyukur, karena guru-guru mata pelajaran tersebut mempunyai kemampuan mengajar yang sangat baik. "Saya kurang meminati pelajaran sosial. Sehingga ketika penjurusan saya masuk ke IPA dan kebiasaan main dan nongkrong sama temen-teman masih menjadi hal yang mengasyikkan," lanjutnya.
Lulusan SMPN 3 Bojonegoro itu mengakui, jika kelas 1 dan 2, prestasinya biasa-biasa, karena ia kurang fokus dan lebih asyik dengan pertemanan yang dijalin. Namun, ketika memasuki kelas 3, kegiatan di luar mulai dikurangi untuk mempersiapkan ujian akhir. "Alhamdulillah saya bisa selesaikan pendidikan SMAN 1 Bojonegoro dan mempunyai temen-teman yang luar biasa," tambahnya.
Menurutnya, SMAN 1 Bojonegoro telah memberikan bekal kepadanya yang sangat luar biasa, terutama dalam pergaulan. Sehingga saat di ITS, ia bisa lebih "mbatehne" dan cepat mengembangkan jaringan. "Adik-adik yang sekarang tengah belajar di SMAN 1 harus lebih giat lagi, sehingga saat keluar biasa lebih bagus," pungkasnya. [mad]
*Siswa SMAN 1 Bojonegoro dan Penulis Buku "Alumni Inspiratif SMANSA"