Happy Hello Kitty Kaoani

Tidak Diizinkan Klik Kanan Untuk Copy Paste !!!

Jumat, 04 November 2016

Nasib Literasi di Kota Ledre

Jumat, 04 November 2016 15:00:00 Nasib Literasi di Kota Ledre Oleh: A. Farid Fakih*

Dengan beberapa gebrakan yang diinisiasi oleh Bupati Bojonegoro, Suyoto, selayaknya kota yang populer dengan ledre-nya ini mendapatkan apresiasi. Hal itu sejalan dengan berbagai peningkatan progresivitas program-program yang dicanangkan. Apalagi jika menengok kinerja yang diusung: keterbukaan publik. Rasanya cukup pantas jika salah satu ajang bergengsi di mancanegara, Open Government Partnership, menobatkannya sebagai percontohan pemerintahan yang terbuka. Bahkan salah satu media ternama di tanah air, tak segan menyebutnya sejajar dengan Paris dan Madrid.

Seolah belum cukup, baru-baru ini Pemerintah Bojonegoro kembali melakukan gebrakan sensasional: Festival HAM, yang rencananya bakal dihadiri Presiden Joko Widodo (Jokowi). Terlebih lagi, para pegiat yang merencanakan hadir juga akan didapuk dari luar negeri. Artinya, kini posisi Bojonegoro benar-benar diperhitungkan dalam skala internasional. Prestasi itu, jika merunut sejarah di kota yang kaya akan minyak, boleh jadi merupakan kinerja terbaik selama pemerintahan kini. Tak jarang, rasa bangga  masyarakat terhadap Bojonegoro meningkat pesat. Namun dengan segala pencapaian itu, pertanyaaNnya, apakah sudah cukup?

Problematika literasi
Prestasi gemilang sebuah daerah, di sisi lain merupakan keniscayaan bagi distrik yang mengharapkan kemajuan. Namun, tak selayaknya prestasi itu justru membuat bidang lain terlupakan begitu saja. Di kota yang legam dengan aura Angling Dharma, sepatutnya masyarakat dan pemerintah memandang serius seputar literasi. Sebab dengan sumber daya manusia yang begitu banyak, sektor ini belum terjamah oleh banyak pihak. Sehingga tak heran jika iklim kepenulisan, membaca dan menulis, belum sepenuhnya membantu.

Jika baru-baru ini Kota Tuban, perlahan telah menggemakan Gerakan Tuban Menulis, maka adalah sebuah keharusan Bojonegoro mengikutinya. Dalam hal ini, penulis tidak sedang berupaya membandingkan dua kota itu. Melainkan, darurat literasi yang kian meletup, menjadi kepatutan semua pihak untuk mendongak serius. Lebih-lebih, dengan segala pencapaian Kota Ledre yang belum menyentuh sendi-sendi literasi, agak disayangkan jika terkesan tak ada gerakan yang dimunculkan. Agaknya, beberapa fasilitas yang mutakhir: wifi corner di setiap ruang publik, mendorong masyarakat makin antusias membaca dan menulis. Bukan justru menjadikannya sebagai ajang untuk melupakan literasi secara terang-terangan.

Persoalan-persoalan literasi yang terus menggantung, merupakan PR kita bersama. Perlu digemakan langkah taktis dan berintergritas untuk menyemai keberhasilan di kota yang tak lagi muda ini. Jika persoalan kepercayaan publik hingga mancanegara saja bisa disabet, maka kenapa tidak untuk literasi? Padahal secara terang-terangan, komitmen menjadi daerah yang visioner telah tertanam dalam benak kita bersama. Apalagi, jika merunut program SDGs (Sustainable Development Goals) yang tengah dicanangkan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Maka kemampuan dalam literasi adalah hal mutlak. Sehingga dengan cara itu, nilai tawar Bojonegoro bisa meningkat signifikan.

Menanti peran
Sebagai daerah dengan potensi kekayaan alamnya yang melimpah, seyogianya pemerintah memberikan perhatian bagi perkembangan literasi. Hal itu bisa dilakukan, misalnya, dengan memberikan ruang yang luas bagi pihak-pihak yang mengabdikan dirinya untuk peningkatan literasi. Jika di Surabaya ada Forum Lingkar Pena, Forum Aktif Menulis, serta kelompok-kelompok literasi lainnya, yang diberi keleluasaan dalam mengembangkan kinerja literasinya, maka sudah seharusnya Bojonegoro melakukan langkah yang sama. Bahkan jika perlu, agaknya dibentuk tim khusus yang berwenang menangani agenda mulia ini.

Peran signifikan literasi, jika nanti benar-benar digagas oleh semua pihak, secara tidak langsung akan membantu pengenalan Bojonegoro terhadap dunia. Hal itu mengacu pada akurasi informasi seputar potensi daerah, yang hanya bisa dilakukan melalui proses literasi yang matang. Pemerintah dituntut pula untuk tidak melulu fokus pada bisnis dan pariwisata semata, melainkan menengok terhadap pembibitan literasi di sana. Jangan kemudian, dengan beragam bisnis dan aset alam dalam genggaman, membuat perhatian terhadap literasi menjadi timpang. Sebab, suka ataupun tidak suka, literasi adalah modal aset yang akan berguna di masa mendatang.

Persaingan global yang semakin kompetitif, memaksa segenap sumber daya di daerah-daerah potensial, selayaknya Bojonegoro, untuk bergerak lebih sigap. Kemampuan-kemampuan literer perlu digemakan sedemikian rupa, agar tidak kalah saing dengan yang lain. Lebih lanjut, pandangan-pandangan pesimis terhadap gaung dunia menulis dan membaca perlu pula diubah. Sebab, jika kita semua berkenan untuk menengok sejarah masa lalu, bangsa Indonesia lahir juga sedikit banyak akibat dari kemampuan literasi yang mutakhir oleh pendahulu kita. Maka dengan lantas melibatkan semua unsur di bidang ini, bukan mustahil jika harapan akan literasi dapat tercapai.

Akhirnya, dengan segenap apapun, langkah literasi selayaknya didukung dan dibangun bersama oleh segenap pihak. Jangan lagi, kita bertumpu melulu pada sektor kekayaan alam, tanpa pula menengok arus literasi. Di samping itu, perhatian pemerintah sangatlah membantu upaya ini. Lebih-lebih, jika didukung fasilitas yang memadai untuk kampanye program tersebut. Lebih lanjut, peran utama dalam pembangunan kecerdasan literasi ini ialah di tangan masyarakat. Jika kita semua lekas berbenah untuk sadar terhadap literasi, maka bukan tidak mungkin, Bojonegoro bisa menambah pundi-pundi prestasinya. Lalu, siapa yang akan bangga, jika bukan kita? (*)

*)Penulis adalah alumnus MAM 2 Banjaranyar Baureno Bojonegoro, kini dipercaya sebagai Redaktur Lembaga Pers Mahasiswa Solidaritas UIN Sunan Ampel Surabaya.

Biodata singkat penulis,
Nama            : Ahmad Farid
NIM                : A03213002
Pendidikan  : Sedang menempuh pendidikan Strata Satu Jurusan Sastra Inggris
                         Fakultas Adab & Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya
Alamat           : RT.01/RW.01 Desa Sambongrejo, Kecamatan Sumberrejo, Bojonegoro
Domisili         : Jl. Jemur wonosari, Wonocolo Gg. VI RT.03/05 No.8c (61237) Surabaya.
Comments
0 Comments
1458674257781522/' property='fb:admins'/>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar